Rabu, 03 Januari 2018

Agama, Ageman, Gaman


Mukadimah Majlis Kalijagan, 12 Januari 2018

“Agomo iku ora mung ageman, ananging ugo gaman kanggo ngadhepi panguripan”

Agama/agami: Kumpulane tata cara manembah, piwulang, pangandhel lan tindak kang utomo, kang dadi paugeraning panembah marang kang mahakuwasa (Kamus Bahasa Jawa, Bausastra jawa)

Agomo-Ageman

Di lingkungan masyarakat Jawa, agama ibarat ageman atau pakaian. Pakaian juga sering disebut sebagai sandang yang selalu dikaitkan dengan pangkat, jabatan, dan harga diri. Pakaian sebagai penutup aurot, yang menghangatkan ketika kedinginan, melindungi kulit ketika kepanasan, memperindah diri, dan menambah wibawa bagi yang mengenakan. Intinya adalah pakaian yang memanusiakan manusia.

Secara de jure memang begitulah agama, pakaian yang sempurna. Tapi de facto (fakta)nya banyak yang salah kaprah. Salah kaprah memakai ageman yang ternyata kebesaran untuk dikenakan. Orang yang beragama tapi tidak memiliki pengetahuan yang cukup, membuat dia ditelan oleh rasa penghambaannya yang menggelora, membuat otaknya mati, dan tidak cerdas.

Selera orang berpakaian dipengaruhi banyak hal. Besar-kecilnya disesuaikan dengan ukuran tubuh. Kedodoran atau kekecilan bikin pemakai tak nyaman. Warna dan model dipengaruhi oleh tradisi yang lazim di lingkungannya. Ada yang seragam, ada pula yang warna-warni. Apa pun model, ukuran, dan warnanya, yang selalu jadi pertimbangan utama adalah yang mengenakan merasa nyaman serta diapresiasi oleh lingkungan.

Begitulah orang beragama. Setiap orang punya pengalaman dan kenyamanan yang dipengaruhi pendidikan dan lingkungannya sehingga seseorang merasa tak nyaman jika tak beragama, tetapi merasa tak enak jika dipaksa mesti seragam.

Tentu saja agama berbeda dengan pakaian dan jabatan yang melekat pada seseorang. Namun, yang namanya pakaian mesti dibersihkan jika kotor, ukuran tak pas akan mengurangi sikap percaya diri. Jabatan pun demikian, mesti ada kesesuaian antara kapasitas seseorang dan beban tugas yang ia emban.

Dalam kajian psikologi dibuktikan, sehebat dan sepintar apa pun seseorang, ketika ditelanjangi di depan umum, harga diri dan kepercayaan dirinya akan runtuh. Begitu dalam dan vitalnya ageman sehingga masyarakat Jawa sering menganalogikan ageman dengan agama, bahwa orang yang tak beragama sama saja sedang telanjang. Orang mengaku beragama tetapi tak bisa jaga kehormatan diri sama saja tak beragama. 

Agomo-gaman

Semua orang meyakini semua agama dan kepercayaan mengajarkan kasih sayang, menghormati kemanusiaan serta kewajiban menjaga mahluk lain sebagai tugas ke kholifahan. Agama sebagai gaman atau senjata bisa membayangkan pedang, keris, tombak, kujang dll. Gaman atau senjata ini digunakan sebagai alat untuk menjaga diri jika digunakan dengan baik dan bijak. Sebaliknya juga bisa melukai diri sendiri dan orang lain jika kita mengunakannya sembarangan. Agama juga demikian bisa membawa kita pada keselamatan dunia akhirat jika kita bijak dalam beragama, menghargai pemahaman orang lain serta wasilah beragama menjadikan diri, keluarga dan orang sekelilingnya merasa aman nyaman serta bisa tidur nyenyak tanpa was-was dengan kehadiran kita.

Era sekarang muncul islamphobia, ketika menyebut nama islam identik dengan kekerasan, terorisme yang membuat orang di belahan bumi lain takut terhadap islam. Keselamatan, keamanan, keadilan sejatinya adalah Islam karena islam itu ya keselamatan.

Wejangan kanjeng Sunan Kalijaga “Nglurug tanpo Bolo, Sugih tanpo bondho, Sekti tanpo aji lan Landhep tanpo nathoni.”  [Afif]

Selasa, 12 Desember 2017

Syiir Jawi Tholabul Ilmi #1

Syi'ir ini biasa dilantunkan oleh ibu-ibu pengajian di Demak dan sekitarnya, saat yasinan atau pengajian rutin hari Jum'at setelah Sholat Jum'at. Syi'ir ini menekankan bahwa kita semua harus mencari ilmu. Mencari ilmu adalah bentuk bakti kepada Allah, yang harus dijalankan.

Dengan ilmu manusia lebih bisa melihat sesuatu dari sudut pandang yang beragam. Berikut bait pertama dan masih banyak yang akan kami bagikan. (Kalijagan)


Kamis, 26 Oktober 2017

Kalijagan, Tempat Menjaga Aliran

Kali adalah tempat mengalirnya air, sumber kehidupan dari mata air(tuk) menuju muara samudera, dari hulu menuju hilir. Sedangkan jagan berasal dari kata jaga, arti jagan sebagai media ruang untuk suatu penjagaan. Maka kali jagan adalah tempat untuk berjaga aliran sungai.

Aliran itu bisa berupa ilmu atau lainnya. Kita harus memastikan aliran yang datang dari Allah SWT sampai ke akal dan qolbun kita, untuk kita teruskan pada anak-cucu kelak. Cara menjaganya tidak sekadar mengawasi volume aliran, berasal dari cabang sungai yang mana. Akan tetapi juga dengan do’a kepadaNya, bersholawat kekasihNya. Juga berkenalan dengan para leluhur kita, agar aliran yang kita jaga jelas dari ketentuan dan ketetapanNya.

Kali Jagan, kemudian menjadi Kalijagan, dijadikan sebagai petanda forum ilmu dan persaudaraan Maiyah yang terselenggara di Kabupaten Demak.

Alasan lain adalah merujuk kepada sejarah, bahwa di Demak terdapat Wali Allah yang disegani di tanah Jawa, yakni Sunan Kalijaga. Ia seorang wali yang mendampingi raja-raja Jawa tanpa pamrih menduduki jabatan di kerajaan. Apa yang dilakukan beliau atas dasar filosofis menjaga aliran sungai. 

Nama Kalijaga adalah nama yang diberikan kepada Raden Said oleh Sunan Bonang setelah beliau melakukan pertapaan di Tuban, tepatnya di tepi sungai sebagai persyarataan menjadi murid Sunan Bonang. Sunan Bonang menancapkan tongkat dan Sunan Kalijaga disuruh menjaganya. Tongkat itu adalah simbol tauhid, mengesekan Allah. Allah yang Esa itu harus dijaga dan tetap berada di dalam hati kita. (Kalijagan/Red)



http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html